Pages

Friday, October 23, 2015

Sagu Dan Cara Memperbanyak Tanaman Sagu

Tanaman Sagu Dan Cara Memperbanyak Tanaman Sagu

Sagu diduga berasal dari Maluku dan Irian. Hingga saat ini belum ada data yang pasti yang mengungkapkan kapan awal mula sagu ini dikenal. Diwilayah Indonesia Bagian Timur, sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian penduduknya, terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi eksploitasi, budidaya dan pengolahan sagu yang paling maju saat ini adalah di Malaysia. Tanaman sagu sangat potensial dikembangkan karena merupakan sumber karbohidrat sehingga dapat berfungsi sebagai pangan alternatif sesudah beras. Disamping itu sagu dapat diolah sebagai bahan baku industri makanan, industri kimia dan farmasi. Sebagian besar areal sagu di Indonesia masih dalam bentuk hutan sagu. Eksploitasi hutan sagu tanpa diiringi dengan usaha pemulihan populasi akan berdampak negatif bagi masyarakat yang mengandalkan sagu sebagai sumber pokok pangan.

Klasifikasi tanaman sagu
Tanaman sagu termasuk dalam Ordo Spadiciflorae, Famili Palmae.
Di kawasan Indo Pasifik terdapat 5 marga (genus) Palmae yang zat tepungnya telah dimanfaatkan, yaitu MetroxylonArengaCoryphaEuqeissona, dan Caryota. Genus yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga, karena kandungan acinya cukup tinggi. Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu : sagu yang berbunga/berbuah dua kali (Pleonanthic) dan sagu yang berbunga/berbuah sekali (Hapaxanthic) yang mempunyai nilai ekonomis penting, karena kandungan karbohidratnya lebih banyak. Golongan ini terdiri dari 5 varietas penting, yaitu :
  1. Metroxylon sagusRottbol atau sagu Molat.
  2. Metroxylon rumphiiMartius atau sagu Tuni.
  3. Metroxylon rumphii, Martius varietas Sylvestre Martius atau sagu Ihur.
  4. Metroxylon rumphiiMartius varietas Longispinum Martius atau sagu   Makanaru.
  5. Metroxylon rumphiiMartius varietas Microcanthum Martius atau sagu Rotan.
Dari kelima varietas tersebut, yang memiliki arti ekonomis penting adalah Ihur, Tuni, dan Molat.

Perbanyakan tanaman sagu
Teknologi perbanyakan tanaman sagu dapat dilakukan dengan metode generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji yang berasal dari buah yang sudah tua dan rontok dari pohonnya. Biji yang digunakan adalah biji yang berasal dari pohon induk yang baik, subur dan produksinya tinggi. Perbanyakan tanaman sagu secara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bibit berupa anakan yang melekat pada pangkal batang induknya yang disebut dangkel/sucker atau abut (jangan yang berasal dari stolon). Adapun cara mendapatkan dangkel/sucker adalah :
  1. Pengambilan dangkel dipilih yang terletak pada dipermukaan atas.
  2. Pemotongan dilakukan pada sisi kiri dan kanan sedalam 30 cm, tanpa membuang akar serabutnya.
  3. Dangkel yang telah dipotong, dibersihkan dari daun-daun dan ditempatkan pada tempat yang mendapat cahaya matahari langsung dengan bagian permukaan belahan tepat pada tempat dimana cahaya matahari jatuh, selama 1 jam.
  4. Luka bekas irisan dangkel yang masih tertanam segera dilumuri dengan zat penutup luka (seperti: TB-1982 atau Acid Free Coalteer) untuk mencegah hama dan penyakit.
  5. Bibit sagu direndam dalam air aerobik selama 3-4 minggu. Setelah itu bibit ditanam.
  6. Penyiapan dangkel sebaiknya dilakukan pada waktu menjelang sore hari. Pada sore hari dangkel dikumpulkan dan pada waktu malam hari dangkel diangkut ke lahan, untuk menghindari kerusakan dangkel oleh cahaya matahari.

Persemaian dan pembibitan
1. Persyaratan benih atau bibit
Syarat bibit untuk pembibitan cara generatif dilakukan dengan menggunakan biji yang sudah tua, tidak cacat fisik, mempunyai besar yang rata-rata sama dan bertunas. Syarat bibit untuk pembibitan cara vegetatif adalah berasal dari tunas atau anakan yang umurnya kurang dari 1 tahun, dengan diameter 10-13 cm dan berat 2-3 kg. Tinggi anakan ± 1 meter dan mempunyai pucuk daun 3-4 lembar.
2. Penyiapanbenih atau bibit
Pengambilan anakan sagu untuk dijadikan bibit harus berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP) pengambilan anakan. Pada umumnya SOP pengambilan anakan adalah sebagai berikut :
  1. Jarak anakan dari pohon induk minimal 0.5 m.
  2. Diameter pelepah anakan minimal 2,5-3,0 cm dengan tinggi pelepah kurang lebih 1 m.
  3. Anakan mudah digoyangkan.
  4. Anakan sudah matang secara fisiologis.
  5. Dari jumlah anakan yang memenuhi kriteria seperti tersebut diatas, disisakan 4 anakan yang tidak diambil.
  6. Bibit diambil dengan cara memotongnya tepat pada bagian sucker yang agak menyempit dan keras.
  7. Anakan yang sudah diambil dipotong pelepahnya sehingga tersisa kurang lebih 0.5 m.
  8. Anakan tersebut ditimbang bobotnya, dan yang akan diambil sebagai bibit adalah yang mempunyai bobot 2-3 kg.
  9. Anakan dikumpulkan untuk kemudian dipelihara dalam persemaian yang berupa rakit-rakit pada kanal-kanal. Anakan yang akan dijadikan bibit merupakan anakan sagu pada tingkat semai. Anakan tingkat semai yaitu anakan sagu yang masih kecil yang memiliki batang bebas daun 0-0,5 m. Setiap satu rumpun sagu terdapat 1-3 anakan semai tergantung jenis sagu, usia rumpun dan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.

Pembibitan
Untuk mendapatkan bibit dengan daya tumbuh yang tinggi sebaiknya pembibitan dilakukan dengan menggunakan rakit yang terbuat dari bambu atau pelepah sagu tua. Anakan sagu diletakkan diatas rakit dengan posisi berdiri dengan sebagian bonggol terendam air. Keuntungan pembibitan dengan menggunakan rakit adalah untuk mendapatkan bibit dengan daya tumbuh yang tinggi, dan memudahkan pemeliharaan.

Pemindahan bibit
  1. Cara generatif, bibit yang berumur 6-12 bulan dapat dipindahkan atau ditanam ke kebun atau tempat penanaman.
  2. Cara vegetatif, bibit yang telah diambil dapat langsung ditanam.
Tanaman Sagu mempunyai manfaat yang sangat besar dan bernilai ekonomis tinggi, namun sampai saat ini belum dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat. Untuk itu diharapkan tanaman sagu ini dapat dibudidayakan dengan baik, karena tanaman sagu merupakan salah satu makanan pokok pengganti beras dan sumber pangan lokal. Mengingat varietas tanaman sagu yang begitu banyak, sehingga perlu dilakukan eksplorasi guna mendapatkan klon unggul lokal.

Referensi
Louhenapessy J. E., 2006. Potensi Dan Pengelolaan Sagu Di Maluku. Prosiding Lokakarya Sagu Dalam Revitalisasi Pertanian Maluku, Ambon 29-31 Mei 2006. Badan Penerbit Fakultas Pertanian UNPATTI.
Notohadiprawiro, T. dan J.E Louhenapessy. 1992. Potensi Sagu Dalam Penganekaragaman Bahan Pangan Pokok Ditinjau Dari Persyaratan Lahan. Prosiding Symposium Sagu National, Ambon 12-13 Oktober 1992.


2 comments:

Unknown said...

Saya Harun Nur Rasyid
alamat Bekasi
saya mau beli buah sagu Tuni dan buah sagu Molat untuk saya semaikan.
Kepada siapa saya harus hubungi dan bagaimana caranya.
alamat email saya
harun.rasyid.hr@gmail.com
telpon 081289346685
tk.

Unknown said...

Saya Harun Nur Rasyid
alamat Bekasi
saya mau beli buah sagu Tuni dan buah sagu Molat untuk saya semaikan.
Kepada siapa saya harus hubungi dan bagaimana caranya.
alamat email saya
harun.rasyid.hr@gmail.com
telpon 081289346685
tk.