Tanaman
Sagu Dan Cara Memperbanyak Tanaman Sagu
Sagu diduga berasal
dari Maluku dan Irian. Hingga saat ini belum ada data yang pasti yang
mengungkapkan kapan awal mula sagu ini dikenal. Diwilayah Indonesia Bagian
Timur, sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian
penduduknya, terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi eksploitasi, budidaya
dan pengolahan sagu yang paling maju saat ini adalah di Malaysia. Tanaman sagu
sangat potensial dikembangkan karena merupakan sumber karbohidrat sehingga
dapat berfungsi sebagai pangan alternatif sesudah beras. Disamping itu sagu
dapat diolah sebagai bahan baku industri makanan, industri kimia dan farmasi.
Sebagian besar areal sagu di Indonesia masih dalam bentuk hutan sagu.
Eksploitasi hutan sagu tanpa diiringi dengan usaha pemulihan populasi akan
berdampak negatif bagi masyarakat yang mengandalkan sagu sebagai sumber pokok
pangan.
Klasifikasi tanaman
sagu
Tanaman sagu termasuk
dalam Ordo Spadiciflorae, Famili Palmae.
Di kawasan Indo Pasifik terdapat 5
marga (genus) Palmae yang zat tepungnya telah dimanfaatkan, yaitu Metroxylon, Arenga, Corypha, Euqeissona,
dan Caryota. Genus yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga,
karena kandungan acinya cukup tinggi. Sagu dari genus Metroxylon,
secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu : sagu yang berbunga/berbuah
dua kali (Pleonanthic) dan sagu yang berbunga/berbuah sekali (Hapaxanthic) yang
mempunyai nilai ekonomis penting, karena kandungan karbohidratnya lebih banyak.
Golongan ini terdiri dari 5 varietas penting, yaitu :- Metroxylon sagus, Rottbol atau
sagu Molat.
- Metroxylon rumphii, Martius atau
sagu Tuni.
- Metroxylon rumphii,
Martius varietas Sylvestre Martius atau sagu
Ihur.
- Metroxylon rumphii, Martius varietas Longispinum
Martius atau sagu Makanaru.
- Metroxylon rumphii, Martius varietas Microcanthum
Martius atau sagu Rotan.
Dari kelima varietas
tersebut, yang memiliki arti ekonomis penting adalah Ihur, Tuni, dan Molat.
Perbanyakan tanaman
sagu
Teknologi perbanyakan
tanaman sagu dapat dilakukan dengan metode generatif dan vegetatif. Perbanyakan
secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji yang berasal dari buah yang
sudah tua dan rontok dari pohonnya. Biji yang digunakan adalah biji yang
berasal dari pohon induk yang baik, subur dan produksinya tinggi. Perbanyakan
tanaman sagu secara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bibit berupa
anakan yang melekat pada pangkal batang induknya yang disebut dangkel/sucker
atau abut (jangan yang berasal dari stolon). Adapun cara mendapatkan
dangkel/sucker adalah :
- Pengambilan dangkel dipilih yang
terletak pada dipermukaan atas.
- Pemotongan dilakukan pada sisi kiri
dan kanan sedalam 30 cm, tanpa membuang akar serabutnya.
- Dangkel yang telah dipotong,
dibersihkan dari daun-daun dan ditempatkan pada tempat yang mendapat
cahaya matahari langsung dengan bagian permukaan belahan tepat pada tempat
dimana cahaya matahari jatuh, selama 1 jam.
- Luka bekas irisan dangkel yang
masih tertanam segera dilumuri dengan zat penutup luka (seperti: TB-1982
atau Acid Free Coalteer) untuk mencegah hama dan penyakit.
- Bibit sagu direndam dalam air
aerobik selama 3-4 minggu. Setelah itu bibit ditanam.
- Penyiapan dangkel sebaiknya
dilakukan pada waktu menjelang sore hari. Pada sore hari dangkel
dikumpulkan dan pada waktu malam hari dangkel diangkut ke lahan, untuk
menghindari kerusakan dangkel oleh cahaya matahari.
Persemaian dan
pembibitan
1. Persyaratan benih
atau bibit
Syarat bibit untuk
pembibitan cara generatif dilakukan dengan menggunakan biji yang
sudah tua, tidak cacat fisik, mempunyai besar yang rata-rata sama dan bertunas.
Syarat bibit untuk pembibitan cara vegetatif adalah berasal dari
tunas atau anakan yang umurnya kurang dari 1 tahun, dengan diameter 10-13 cm
dan berat 2-3 kg. Tinggi anakan ± 1 meter dan mempunyai pucuk
daun 3-4 lembar.
2. Penyiapanbenih atau
bibit
Pengambilan anakan sagu
untuk dijadikan bibit harus berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP)
pengambilan anakan. Pada umumnya SOP pengambilan anakan adalah sebagai berikut
:
- Jarak anakan dari pohon induk
minimal 0.5 m.
- Diameter pelepah anakan minimal
2,5-3,0 cm dengan tinggi pelepah kurang lebih 1 m.
- Anakan mudah digoyangkan.
- Anakan sudah matang secara
fisiologis.
- Dari jumlah anakan yang memenuhi
kriteria seperti tersebut diatas, disisakan 4 anakan yang tidak diambil.
- Bibit diambil dengan cara
memotongnya tepat pada bagian sucker yang agak menyempit dan keras.
- Anakan yang sudah diambil dipotong
pelepahnya sehingga tersisa kurang lebih 0.5 m.
- Anakan tersebut ditimbang bobotnya,
dan yang akan diambil sebagai bibit adalah yang mempunyai bobot 2-3 kg.
- Anakan dikumpulkan untuk kemudian
dipelihara dalam persemaian yang berupa rakit-rakit pada kanal-kanal.
Anakan yang akan dijadikan bibit merupakan anakan sagu pada tingkat semai.
Anakan tingkat semai yaitu anakan sagu yang masih kecil yang memiliki
batang bebas daun 0-0,5 m. Setiap satu rumpun sagu terdapat 1-3 anakan
semai tergantung jenis sagu, usia rumpun dan kondisi lingkungan tempat
tumbuhnya.
Pembibitan
Untuk mendapatkan bibit
dengan daya tumbuh yang tinggi sebaiknya pembibitan dilakukan dengan
menggunakan rakit yang terbuat dari bambu atau pelepah sagu tua. Anakan sagu
diletakkan diatas rakit dengan posisi berdiri dengan sebagian bonggol terendam
air. Keuntungan pembibitan dengan menggunakan rakit adalah untuk mendapatkan
bibit dengan daya tumbuh yang tinggi, dan memudahkan pemeliharaan.
Pemindahan bibit
- Cara generatif, bibit yang berumur
6-12 bulan dapat dipindahkan atau ditanam ke kebun atau tempat penanaman.
- Cara vegetatif, bibit yang telah
diambil dapat langsung ditanam.
Tanaman Sagu mempunyai
manfaat yang sangat besar dan bernilai ekonomis tinggi, namun sampai saat ini
belum dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat. Untuk itu diharapkan tanaman
sagu ini dapat dibudidayakan dengan baik, karena tanaman sagu merupakan salah satu
makanan pokok pengganti beras dan sumber pangan lokal. Mengingat varietas
tanaman sagu yang begitu banyak, sehingga perlu dilakukan eksplorasi guna
mendapatkan klon unggul lokal.
Referensi
Louhenapessy J. E.,
2006. Potensi Dan Pengelolaan Sagu Di Maluku. Prosiding Lokakarya
Sagu Dalam Revitalisasi Pertanian Maluku, Ambon 29-31 Mei 2006. Badan Penerbit
Fakultas Pertanian UNPATTI.
Notohadiprawiro, T. dan
J.E Louhenapessy. 1992. Potensi Sagu Dalam Penganekaragaman Bahan
Pangan Pokok Ditinjau Dari Persyaratan Lahan. Prosiding Symposium Sagu
National, Ambon 12-13 Oktober 1992.
2 comments:
Saya Harun Nur Rasyid
alamat Bekasi
saya mau beli buah sagu Tuni dan buah sagu Molat untuk saya semaikan.
Kepada siapa saya harus hubungi dan bagaimana caranya.
alamat email saya
harun.rasyid.hr@gmail.com
telpon 081289346685
tk.
Saya Harun Nur Rasyid
alamat Bekasi
saya mau beli buah sagu Tuni dan buah sagu Molat untuk saya semaikan.
Kepada siapa saya harus hubungi dan bagaimana caranya.
alamat email saya
harun.rasyid.hr@gmail.com
telpon 081289346685
tk.
Post a Comment